Postingan

Penerapan Nilai-nilai Keislamaan UNISA Yogyakarta Pada Mahasiswa ditengah Keberagamaan Masyarakat Indonesia

Nilai-nilai keislaman  belakangan ini mulai tergerus oleh arus perkembangan zaman, fenomena tergerusnya nilai-nilai keislaman oleh perkembangan zaman merupakan tantangan yang dihadapi oleh banyak masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia.  Faktor-faktor seperti globalisasi, teknologi , budaya pop, dan perubahan sosial telah berkontribusi pada pergeseran nilai-nilai tradisional, termasuk nilai-nilai keislaman. Universitas Aisyiyah Yogyakarta  hadir di tengah-tengah masyarakat menjadi pusat kegiatan kultural dan keagamaan.  Hal ini termasuk penyelenggaraan seminar, diskusi, dan acara budaya yang dapat memperkaya wawasan dan nilai-nilai keislamaan  ditengah masyarakat yang beragam. Ditambah dengan adanya insersi nilai-nilai keislamaan pada mata kuliah keislamaan adalah langkah yang baik untuk memperkuat pemahaman dan penerapan ajaran Islam dalam pendidikan tinggi. Ini juga membantu mengatasi tantangan yang mungkin timbul akibat tergerusnya nilai-nilai keislamaaan  oleh perkembangan

Belajar Dari Dua Ulama Kondang Indonesia : KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan

Belajar keteladanan dari seorang tokoh yang sangat menginspirasi tentu merupakan sesuatu hal yang wajib dilakukan oleh sesorang yang ingin mengerti tentang hakikat hidup yang sesungguhnya, tetapi belajar dari dua tokoh ulama kondang di indonesia ini merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih dalam tentang hal apa saja yang dapat menjadi teladan terkhusus generasi milenial, jika dilihat   di negeri ini kita krisis keteladanan, karena setiap yang ditampilkan di hadapan publik akhir-akhir ini hanya berita-berita sampah yang tidak mendidik nalar intelektual masyrakat malah sebaliknya akan timbulnya sebuah stigma buruk dari apa yang menjadi konsumsi publik hari ini. KH Ahmad Dahlan lahir pada 1 Agustus 1868 di Kauman Yogyakarta dengan nama kecil Muhammad Darwis beliau merupakan putra dari i mam Khatib Mesjid Besar Kesultanan Yogyakarta dan Nyai Abu Bakar puteri H. Ibrahim, Hoofd Penghulu Yogyakarta. Muhammad Darwis merupakan anak keempat dari tujuh saudara yang lima diantaranya pe